top of page

Sundance Film Forward 2014

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 18 Sep 2014
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 14 Jul 2024

Beberapa waktu lalu, tepatnya hari Selasa (9/9), Sundance Institute bekerja-sama dengan US Embassy mengadakan Film Forward di Institut Kesenian Jakarta sebagai bagian dari serangkaian acaranya di Indonesia. Tujuan acaranya adalah memudahkan penyampaian topik-topik kemanusiaan melalui media film dan pengenalan Sundance Institute itu sendiri ke mahasiswa perfilman Indonesia.


Susunan acara hari itu dimulai dengan perkenalan dengan para petinggi Sundance Film Forward dan dua filmmakers dari Serbia serta Amerika Serikat: Srdan Golubovic dengan filmnya yang berjudul Circles (2013), kemudian editor film Twenty Feet From Stardom (2013), Douglas Blush. Acara pun dilanjutkan dengan pemutaran filmnya Douglas dan diskusi, lalu pemutaran film Lemantun, sebuah karya Tugas Akhir-nya anak IKJ yang lagi hits bingits (dan akan diputar di Goethe Haus juga kabarnya). Setelah itu para filmmakers diminta mengkomentari film Lemantun dan acara pun ditutup dengan simpel karena para tamu-tamu epic ini harus segera menghadiri acara lainnya di US Embassy.



Hari itu gue bertugas sebagai moderator diskusi, ditemani mahasiswa baru FFTV 2014, namanya Julius. Lucu banget dia tau gue dari blog ini. Terus kita kenalan deh, terus jadi kocak gitu tiap gue mau cerita apa dia suka bilang, "Oh iya, gue udah tau dari blog lo." Omaigad.


Back to the topic, kedua film yang diputar hari itu sama-sama film dokumenter. Film pertama, Twenty Feet From Stardom (2013) menceritakan perjuangan para penyanyi latar untuk tampil di depan dan diakui khalayak luas sebagai penyanyi utama. Ketika sebuah lagu menjadi hits, banyak orang melupakan jasa mereka dan hanya menghitung penyanyi utamanya saja. Padahal suara mereka jugalah yang memberikan jiwa dalam lagu tersebut (dan kalau lu nonton filmnya, suara mereka bener-bener bikin merinding saking bagusnya!). Ditambah lagi perkembangan teknologi musik yang semakin canggih, posisi backup singer jadi semakin tergusur. Seru gitu deh topiknya.


Film kedua, Circles (2013), termasuk dalam doku-drama; menceritakan efek dari perbuatan heroik Marco—seorang tentara yang dibunuh karena menyelamatkan seorang Muslim—kepada orang-orang di sekitarnya. Film ini menganalogikan perbuatan Marco seperti melempar batu ke dalam sungai, yang akan membentuk ripples, dan semakin lama lingkaran ripples itu akan membesar; memberikan dampak terhadap semua orang.


Gue ngefans banget sama Doug. Soalnya filmnya make motion graphic yang inovatif gitu. Gue nggak pernah lihat orang bikin template nama beda-beda untuk setiap cast. Ini menarik sekali soalnya interviewee dia emang banyak banget dan agak membingungkan kalau template-nya sama semua. Lo ngerti yang gue omongin nggak? Haha...


Gue sempet wawancara Doug soal itu dan dia jawab dengan sangat low profile, "I did design the motion graphic. Tapi yang ngerjainnya orang lain yang lebih jago. Haha... Soalnya saya nggak jago-jago banget. Tapi dulu saya kerja jadi animator di Disney."


Untuk soal editing sih, Doug menyusunnya dengan agak nggak biasa. Umumnya ketika lo punya banyak cast, lo bakal parallel edit mereka berselang-seling dengan intensi yang sama. Misalnya cast A menemukan konflik, cast B juga dapet konflik, terus ketika cast A berhasil mengatasi konflik, cast B juga udah klimaks. Kalau filmnya si Doug beda. Setiap cast diselesaikan dulu konflik ke klimaksnya, baru cut ke yang lain. Emang rumit sih karena dia punya 5 atau 6 cast gitu (gue lupa) serta puluhan narasumber. Tapi anyway, ending dan opening-nya so interesting. Banyak sih komen gue soal editingnya, cuman gue males ketiknya and you won't probably understand cause you haven't watched the movie. Sooo...


Lanjut, filmnya Srdan juga bagus banget. Sayangnya pas diputer, Srdan-nya udah mesti cabut. Terus doi juga duh gila deh pemikirannya! Bisa banget dia mengolah sebuah kisah nyata menjadi drama yang soooooo meaningful. Parah banget. Gue jadi berapi-api gitu deh buat bikin film bagus next time. Penting untuk dicatat ya, ketika lo udah lelah, bosen, atau pun galau sama jurusan yang lo pilih, sebaiknya lo buruan cari acara diskusi atau masterclass dengan orang-orang sukses di bidang itu. Tujuannya supaya lebih termotivasi. Kalau nggak termotivasi lagi ya berarti emang lo nggak niat kali di situ.


Sekian deh liputan acaranya. Gue mau cerita hal lain lagi soalnya.

תגובות


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page