top of page

Review Kuliah Semester 5 IKJ: Peminatan

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 14 Sep 2014
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 14 Jun 2024

Halo sodara-sodara setanah air!


Nama gue Cecil, umur gue 20 tahun. Gue di IKJ udah kuliah selama 2 tahun dan sekarang sedang menjalani semester 5. Dukung gue ya biar cepet lulusnya! Hahaha.


Krik krik krik...


Okay, tadi adalah intro garing yang sengaja gue bikin buat pembaca baru.


Sekarang gue langsung ke topik ya, gue mau ngomongin soal semester 5 nih. Semester yang paling ditunggu-tunggu karena di titik ini gue akan mempelajari hal-hal yang lebih spesifik. Oleh sebab itu, sebelum semester 5 dimulai, para mahasiswa diharuskan melakukan bimbingan peminatan. Apa aja pilihan peminatannya? Sok, kita bahas.


Di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) untuk program studi S1 terdapat 13 peminatan, yakni:

  1. Penyutradaraan

  2. Produksi

  3. Skenario

  4. Kamera

  5. Artistik

  6. Suara

  7. Editing

  8. Animasi

  9. Dokumenter

  10. Fotografi

  11. Kajian Sinema

  12. Musik Film

  13. Iklan Audio Visual


Semua peminatan ini lebih sering disebut dengan kata "mayor" atau ekstrimnya "agama." Jadi setelah lo melakukan bimbingan dan lolos seleksi, lo bakal dapet mayor untuk menentukan mata kuliah apa yang bisa lo ambil di semester berikutnya. Peminatan ditentukan oleh mahasiswa secara pribadi, namun belum tentu diterima oleh koordinator peminatan. Misalnya lo pengen jadi sutradara terus lo ambil peminatan penyutradaraan, nah, belum tentu langsung diterima tuh. Bisa aja lo gagal karena tidak memenuhi persyaratannya.


Untuk mendapatkan sebuah mayor ada persyaratan nilai yang harus dipenuhi dan kadang kala ditambah persyaratan khusus dari koordinator bersangkutan. Ketentuannya sih udah tertulis di buku panduan, jadi sebaiknya sejak awal kuliah lo udah tentuin mau masuk yang mana biar nilainya bisa dikejar dengan maksimal.



Jadi lo mayor apa nih?

Ehehe... Gue masuk mayor editing.


Kok editing? Kenapa nggak penyutradaraan?

Soalnya gue nggak suka nge-direct orang. Bukannya gue nggak bisa, kalau gue mau belajar ya bisa aja, cumannya nggak suka. Gue nggak tertarik memimpin a big production team dan ngurusin setiap shot dari 0. Gue lebih seneng shot-nya udah ada, tinggal diolah, dibetulin, disusun, terus dipolesin. Nah, itu seru buat gue.


Editing kan nggak kelihatan, jarang yang omongin, emang banyak lapangan pekerjaannya?

Kalau lapangan pekerjaannya nggak ada, gue bikin lapangan itu ada. Untuk masalah gue nggak kelihatan sih nggak apa-apa, yang penting karya audio visualnya jadi dengan sempurna dan sesuai harapan.


Editing itu ngapain sih?

Jadi orang-orang yang bekerja di bagian editing itu tugasnya mengumpulkan, menata, dan menyusun setiap gambar agar menjadi padu, terstruktur dan mampu menyampaikan pesan yang memang ingin disampaikan oleh sang sutradara, dengan menggunakan teori-teori editing yang ada.


Tadinya gue sempet galau loh. Waktu di SMA gue nggak kepikiran mau serius di editing. Ya, gue pasti maunya jadi sutradaralah ya. Cuman ujung-ujungnya kalau bikin film juga gue yang edit karena "gatel," nggak tahan lihat karya gue diotak-atik orang lain. Hehe.


Tapi pas masuk IKJ, gue malah jawab dengan yakin pengen masuk editing. Alasannya simpel: cuma pengen kelihatan beda. Serius. Habis yang mau jadi sutradara banyak banget. Kalau gue jawab mau jadi sutradara juga, pasti gue akan jadi orang yang biasa-biasa saja, tenggelam di antara kehebatan kawan-kawan gue. Yaudah, gue bilang aja gue mau jadi editor.


Tahun kedua di IKJ, gue ganti agama. Gue bilangnya pengen masuk dokumenter. Gue belajar beneran tuh. Sial banget nilai dokumenter gue tetep B. Pokoknya salahin yang ngasih nilai. Proposal gue udah dapet 80, jir. Nggak terima gue. Males banget gue mesti ngulang 2 mata kuliah kalau mau dapetin mayor dokumenter. Akhirnya gue balik ke editing. Kata orang-orang sih, memang lebih baik gue ambil mayor editing karena kekuatan sebuah dokumenter ada di editingnya!


Anyway, buat kamyu-kamyu yang galau karena nggak tahu mau masuk peminatan yang mana, santai aja. Nanti juga ketemu peminatan lo. Nggak usah buru-buru, dinikmatin aja dulu semua posisi itu. Terus coba dieksplor satu-satu, supaya lo tau kekurangan lo di setiap posisi. Terus kalau udah nemu mau mayor apa, nggak usah takut salah, karena ketika lo lulus nanti, meskipun mayor lo skenario atau editing atau apalah, lo tetep bisa jadi sutradara, produser, atau apapun itu. Industri film itu bebas kok, yang penting Anda punya network, skill dan pengalamannya.


Sekian!


Dinner di Balai Kota bersama segenap keluarga besar IKJ dan panitia IKJ Fest (7/11) lalu

Postingan Terkait

Lihat Semua

Comments


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page