Kunci Sukses Pindah ke Luar Negeri
- Caecilia Sherina
- 4 Apr
- 4 menit membaca
Aku lahir di keluarga menengah-atas. Mampu secara finansial, tidak ada tanggungan, dan tidak ada tunggakan apapun yang harus kuselesaikan. Aku dilahirkan dengan kebebasan untuk sekolah dan mengejar cita-cita. Fakta itu mungkin membuat banyak orang akan berkata, "Yah, kamu kan privileged, tentu jalanmu lebih mudah untuk bisa ke luar negeri."
Betul, dan aku tidak akan menyangkal itu.
Tapi itu adalah hidupku, yang sebenarnya tidak ada hubungannya denganmu. Apakah lantas, orang yang tidak ber-privilege lalu tidak bisa pindah ke luar negeri? Nggak, kan? Sebenarnya ber-privilege atau tidak, tidak menjadi kunci utama dalam keberhasilan seseorang pindah ke luar negeri.
Jadi apakah kamu mau tahu kunci suksesnya?
Di bawah ini adalah tiga kunci utama, yang akan aku jelaskan satu-persatu setelahnya.
Berhenti tanya teman.
Berhenti merendah.
Daripada banyak omong, mending kerjain.
1. Berhenti Tanya Teman
Kadang aku suka bingung sama orang-orang yang percaya banget apa kata temen. Padahal temennya bukan petugas embassy, bukan staf universitas, bukan yang punya perusahaan, dst. Padahal jelas-jelas temennya juga bingung, kok malah percaya?
Aku kasih saran yang bantu hidupku lancar sampai hari ini:
kalau bingung, tanya orang yang nggak bingung.
Kalau mau pintar, tanya orang pintar.
Kalau mau sukses, tanya orang sukses.
Jangan sebaliknya.
Kalau nggak tahu siapa orang-orang yang bisa kamu andalkan, tanya ChatGPT atau DeepSeek. Biarkan mesin-mesin AI ini membantu kamu mensortir informasi di seluruh dunia untuk memberikan kamu petunjuk. Setelah itu petunjuknya tinggal kamu cek / coba cari tahu di Google untuk tahu valid atau enggaknya.
Contoh, kamu nggak tahu caranya mempersiapkan dokumen apostille, ya coba baca-baca dulu FAQ website AHU, coba telepon staff AHU atau datang langsung ke kantornya biar jelas. Jangan tanya temen yang nggak pernah bikin apostille. Malah makin tersesat nanti.
DAN, YANG NGGAK KALAH PENTING!
Stop nanya mulu. Google dulu kenapa sih? Coba baca-baca dulu kek website-nya atau apa gitu. Dikit-dikit nanya, segitu malesnya kah cari informasi sendiri? 😭😭😭
2. Berhenti Merendah
Seringkali orang-orang yang bertanya padaku, datang dengan pemikiran bahwa mereka 'kurang' dari yang lain. Istilahnya 'mentalitas korban', sebuah pola pikir di mana seseorang selalu merasa menjadi korban keadaan, orang lain, atau lingkungan, bahkan ketika mereka sebenarnya memiliki kendali atas situasi tersebut. Orang dengan mentalitas ini cenderung menyalahkan faktor eksternal atas kegagalan atau kesulitan mereka, alih-alih mencari solusi atau bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri.
Seringkali kudengar ucapan seperti ini:
Aku nggak jago Bahasa Jerman (padahal banyak orang pindah ke Jerman tanpa kemampuan bahasa dan fine-fine aja).
Aku nggak datang dari keluarga mampu (padahal ada banyak beasiswa dan umumnya pendidikan di Jerman gratis).
Aku pasti nggak bisa (padahal belum coba).
Gimana mau sukses, kalau kepercayaanmu terhadap dirimu sendiri serendah itu?
Padahal kamu belum coba. Kamu belum baca persyaratannya, kamu belum cari lowongan kerja atau ausbildung atau universitasnya. Kamu belum usaha mati-matian. Kamu belum ngapa-ngapain! Bagaimana bisa kamu tahu hasilnya pasti gagal? 😂 Apakah kamu cenayang? Peramal masa depankah?
Kalau kamu segitu percayanya akan gagal, terus ngapain masih nanya kunci sukses ke luar negeri?
3. Daripada Banyak Omong, Mending Kerjain
Kadang-kadang orang yang aku temuin itu banyak alasan kayak, "Soalnya aku masih xxx," atau, "Ya soalnya aku nggak tahu." atau apapun itulah. Pokoknya banyak banget alasan. Padahal udah dikasih solusi, tinggal dikerjain.
Katanya mau ke luar negeri kan?
Ya pilih dong negara yang mana.
Google dong negara tujuannya.
Cek dong biaya hidupnya (bisa di Google ataupun ChatGPT).
Cek dong persyaratan visanya.
Cek dong lowongan kerjanya (bisa di Linkedin, dll. bebas yang penting cek ombak dulu).
Cek dong universitas atau tempat ausbildung-nya.
Belajar dong bahasanya.
Bikin dong planning & deadline supaya persiapan ini bener-bener dijalanin, bukan cuma dipikirin.
Banyak orang ngguuuoomooonggg mulu tapi aksinya nol. Persiapan juga nol. Ya kapan mau pindah ke luar negeri kalau cara kerjanya cuma omong kosong?
4. Tambahan
Ini nih kesalahan yang selalu dilakukan orang-orang yang mau ke luar negeri: belajar bahasa dulu. Keluar duit jutaan buat les bahasa dan sertifikasi. Padahal belum baca syarat kampus yang diinginkan apa.
Kalau mau sukses ke luar negeri, baca dulu semua persyaratannya, mulai dari visa, kerjaan / kuliah, dll. Jangan langsung-langsung memutuskan sendiri dan keluar biaya puluhan juta untuk hal yang siapa tahu ternyata tidak perlu. Jika uangmu terbatas, ada baiknya membuat strategi yang matang dulu. Tapi kalau kamu memang secara finansial berkelimpahan, ya monggo kalau gitu terserah deh mau apa.
Kesalahan umum berikutnya adalah cuma mengandalkan informasi dari EduFair.
Waduh, kalian tahu nggak bahwa universitas dan sekolah tinggi di dunia ini ada BANYAAAK banget! Nggak mungkin semuanya muncul di EduFair di Indonesia. Sayang banget kalau kalian membatasi informasi hanya dari EduFair. Tentu saja sekolah yang bisa hadir di situ cuma sekolah-sekolah besar dan ternama yang memang punya agenda merekrut mahasiswa Indonesia.
Balik lagi ke gol kalian ke LN ini buat apa? Apakah harus diwujudkan dengan masuk ke universitas ternama, atau sebenarnya kuliah di manapun enggak masalah asalkan jurusannya cocok?
Jangan takut mengenai, "Kalau kampusnya enggak ternama, nanti susah cari kerjaan?" karena cara berpikir kayak gitu cuma lumrah di Asia. Di Eropa, seperti Jerman, asal kampus enggak terlalu dipermasalahkan sampai segitunya. Yang lebih diutamakan tetap pengalaman dan kemampuan kerja.
Dan jangan salah, kampus-kampus Jerman yang enggak ternama itu, kualitasnya tetap di atas rata-rata. Jadi sebenarnya enggak apa-apa juga masuk ke sana.
Sekian deh, ada lagi yang menurutmu perlu ditambahkan?
Comments