top of page

JENESYS 2.0: Yoyogi Animation Gakuin (Day 4 of 9)

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 12 Apr 2014
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 25 Jan

Selamat pagi! Kali ini di tanggal 25 Maret 2014, gue dan kawan-kawan Indonesia berkesempatan belajar di Yoyogi Animation Gakuin. Sebuah tempat kursus animasi dan manga yang berlokasi di Tokyo. Gue dkk. ke sana naik bus dilanjutkan berjalan kaki sebentar. Udara Tokyo masih dingin meskipun cahaya matahari begitu terik. Rasanya cukup hangat di bawah naungan matahari.


Yoyogi Animation Gakuin

Gedung YAG tidak terlalu besar dan megah—biasa saja bahkan. Tapi sekolah ini sudah mencetak banyak karya hebat, contohnya... gue nggak tau. Abisnya komikus dan animator kesukaan gue bukan hasil cetakan Yoyogi. Cuman ya tidak bisa dipungkiri bahwa Yoyogi juga sekolah animasi terkenal, cuman guenya aja yang nggak tau. Nah, sekolahnya ini dekat dengan stasiun kereta api, jadi kalau sedang belajar di kelas, bisa terdengar suara kereta api berlalu dengan cepat. Murid-murid Yoyogi variatif umurnya. Nggak mesti mahasiswa. Siapapun boleh, soalnya ini lebih kayak kursus sih.



Nah, hari ini kita ada waktu 2 jam gitu buat belajar sedikit. Guru-gurunya orang Jepang dan nggak bisa Bahasa Inggris. Jadi kami dibantu Fukase-san untuk translation ke Bahasa Indonesia. Dalam 2 jam ini, 31 peserta dibagi 2 kelompok: kelas animasi dan kelas manga. Gue langsung booking tempat animasi soalnya gue males kalau kelas manga paling gambar doang. Eh taunya ya sama aja, kelas animasi juga cuma gambar doang.


Di kelas animasi siang itu, kita punya waktu 1 jam untuk membuat sebuah figur berjalan. Figur ini boleh manusia atau apapun. Pihak YAG menyediakan kertas template gerakan, alat tulis, peralatan tracing, dan jepit-jepit kertas yang lucu. Setelah gambar selesai dibuat, semua dikumpulkan dan langsung dianimasikan dengan mesin yang lucu pula.


Sementara itu di kelas manga, para peserta diminta menebalkan garis gambar dengan tinta hitam. Gue lupa apa namanya. Pokoknya itulah ya. Susah-susah gampang kata temen-temen gue yang masuk kelas manga. Kalau di kelas animasi sih mesti gambar 8 gerakan sesuai model. Untungnya ada model terus tinggal di-tracing. Jadi lebih mudah.


Saat ini komputer sudah merajalela di Jepang. Jadi animasi Jepang udah nggak pure dengan tangan. Biasanya untuk gambar masih tangan manusia asli, tapi untuk pewarnaan sudah digital, sehingga banyak tinta warna kering dan rusak tersimpan di laci kantor. Tapi orang Jepang tetap lebih prefer animating by hand, daripada animasi yang pure digambar di computer. Soalnya menurut mereka animasi dengan tangan memiliki hasil yang lebih natural, indah, dan pembuatannya lebih pakai hati.



Oke deh, setelah haha-hihi di YAG dan berkenalan dengan beberapa staff-nya (sayang sekali hari itu kami tidak berkesempatan kenal dengan murid YAG karena mereka sedang libur sekolah), jadi kami pun pergi makan siang dan bersiap shopping di Nakano Broadway dan Harajuku! Gue sempet bete gitu gara-gara nemuin Kitkat Green Tea seharga 450 yen per 2 pax. Sial! Gue beli di Laox 360 / pax, di sini malah cuma 225 / pax! Gue rugi 100 yen lebih!!! Tapi yaudah deh.


Puas liat-liat di Nakano, kami berpindah ke Harajuku, pusat fashion-nya Jepang. Di sini gue cuma punya 45 menit, jadi bisa anda bayangkan betapa singkatnya gue berkunjung. Gue cuma sempet lewatin seperempat Takeshita doori (竹下通り). Padahal Harajuku itu luas banget loh.


Ada beberapa merk yang gue suka banget dari Jepang. Kalau untuk aksesoris itu Paris Kids, untuk baju Uniqlo, dan kaos kaki itu Tutu Anna. Terus gue dikenalin sama merk lucu lagi dari Janine, namanya Dolly Wink untuk soal kosmetik. Nah, di Jepang puas banget gue nyari peralatan kosmetik. Satu toko tuh jualnya lengkap banget dan kemasannya cantik-cantik. Gue sama Gaby kalap nyobain semua eyeliner buat ngetes kualitas mereka. Hahaha... (Padahal abis beli juga nggak dipake nantinya, buat gaya-gayaan doang).



Sepulangnya dari Harajuku, anak-anak mulai resah dengan uang saku mereka yang semakin menipis. Padahal ini baru hari ke-4 dan rata-rata udah ngabisin 20,000 yen (sekitar 2 juta lebih). Gue sendiri sih nggak belanja sampai sebanyak itu. Soalnya emang nggak ada duitnya.


FYI aja nih, harga kaos kaki itu ada yang 1,000 yen dapet 3, ada juga yang 512 yen dapet 3. Harga baju bisa 2,000 yen ke atas. Harga eyeliner variatif bisa 600-1,000 yen. Kualitas menentukan harga banget. Di sini rata-rata harga barang itu stabil, tapi sekalinya mereka bikin diskon, bisa beneran murah banget. Jadi set your eyes for discount posters!


Kembali lagi ke cerita, gue pulang makan malam deket hotel dengan voucher 1,000 yen lagi, terus gue beli apa ya... Hmm... Kayaknya gue beli nasi babi deh. Ih sumpah gue makan babi terus setiap hari. Lama-lama gue jadi babi lagi... Hahaha.... Gendut parah, tinggal di Jepang bisa bikin lo gendut! Beware!!!

Kommentare


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page