top of page

Jakarta Undercover (Beneran)

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 27 Jan 2017
  • 5 menit membaca

Saya tidak pernah selesai membaca buku Jakarta Undercover karya Moammar Emka, apalagi film dengan judul yang sama karya Lance. Ketika setengah jalan membaca, saya sudah merasa jijik dan sedih. Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepala, "Beneran ini realita Kota Jakarta? Ini yang dilakukan para bos besar?"


Semuanya terdengar seperti mimpi. Tapi ketika seorang teman menawarkan saya berkunjung ke salah satu strip club di mana ada pertunjukan wanita tanpa busana, saya sadar. Ini bukan mimpi. Jakarta memang penuh kejutan.


"Yuk, jalan," jawab saya yang takut tapi terlanjur penasaran.


Saya pikir ini akan menjadi pengalaman dan pelajaran yang menarik. Jadi saya benar-benar mengunjungi sebuah strip club untuk kelas menengah atas. Lokasinya di Jakarta Utara dan waktu itu termasuk weekday. Kita agak takut tempatnya tutup atau garing, tapi ternyata weekday di sana terasa seperti weekend juga.


Saya pergi bertiga. Yang mengajak adalah bestfriend saya, JS, dan yang turut meramaikan adalah teman dari Taiwan, TS. Rencana liburan dia sebenarnya naik gunung di pulau Jawa, tapi saya ubah sedikit karena di Jakarta yang asik itu memang night life-nya.


Sekitar jam 11 kita setengah mati mencari lokasi yang dituju. Mau tanya orang, kok ya nggak enak. Cari di Gmaps kok ya susah. Pada akhirnya sih kita menyerah, dan tanya ke satpam sekitar. Ternyata letaknya agak di dalam. Di antara ruko-ruko yang menjajakan berbagai bisnis, dari petshop sampai toko alat-alat fantastis (baca: seks).


Awalnya kita khawatir ID kita bakal dicek, lantaran temen saya yang dari Taiwan ini tidak bawa passport. Tapi ternyata masuk ke dalam sangatlah mudah. Hanya pengecekan narkoba dan senjata tajam karena mereka tidak peduli dengan umurmu. Selain itu, semua petugas berlaku selayaknya pegawai hotel dengan seragam rapi dan tertutup. A good thing to start right?


Setelah pengecekan, setiap orang akan mendapatkan kartu akses yang fungsinya untuk pembayaran di akhir. Jadi semua tas bisa dititipkan di loker, tanpa perlu membawa uang ke dalam karena pembayaran dilakukan di akhir. (Tapi kalau tetap mau bawa, ya bawa aja nggak apa.)


Tempat ini terbagi dalam 4 lantai:

  • Lantai ground untuk pengecekan, check in dan bar (lebih) murah dengan pertunjukan sederhana.

  • Lantai 1 untuk hotel.

  • Lantai 2 untuk area massage plus plus.

  • Lantai 3 untuk menonton pertunjukan yang lebih megah.


Kita bertiga langsung ke lantai 3 naik lift, dan saya menyadari, kami adalah satu-satunya anak muda di sana. Semua orang terlihat begitu tua dan pastinya kebanyakan adalah pria. Setiap kali jalan, banyak orang melirik saya. Mungkin heran. Mungkin tidak sengaja melayangkan mata. Saya sudah menduga hal ini, makanya saya datang berpakaian sederhana dan bersepatu kets. Sengaja, biar bisa dibedakan dengan wanita yang bekerja di situ.


Tiba di lounge, tempatnya biasa saja. Area tertutup dengan berbagai meja dan kursi layaknya restoran di mall. Di depan ada stage dengan band rock 'n roll yang menyanyikan lagu Indonesia jadul, selera tipikal bapak-bapak. Ruangan ini tidak begitu gelap, kita masih bisa melihat satu sama lain dengan jelas, meski ada area yang samar-samar. Lampu sorot dari stage cukup membantu menerangi wajah setiap orang.


Begitu masuk, kamu sudah bisa melihat berbagai wanita bertubuh ramping dan tinggi hanya mengenakan pakaian dalam, berseliweran di mana-mana. Ada tim merah, tim putih, dan bunga-bunga. Sayang nggak ada tim hitam (mungkin takut nyaru sama lokasi yang gelap). Kalau diperhatikan, wajah mereka memang mostly enak dilihat. Semuanya berambut panjang, tergelung rapi, beberapa dicat cokelat dengan highlight pink dan bermakeup tebal. Beberapa dari mereka duduk menemani client, dan beberapa lagi roaming mencari client.


Gugup. Itu yang saya rasakan sambil melihat pemandangan luar biasa. Saya nggak berani menatap mereka terlalu lama, saya lebih banyak melayangkan mata ke arah stage atau bercakap-cakap dengan teman-teman saya yang galau mau pesan cewek atau nggak.


Everything Starts From 250,000

Hampir segala hal yang ingin kamu pesan di sini dimulai dari Rp250.000,00 misalnya 1 pitcher bir dan memesan cewek. Ya, bila kamu ingin cewek itu duduk di pangkuan dan menggodamu, harganya dimulai dari situ. Setelah itu memegang, dan lain-lain akan dikenakan tarif dobel. Kalau mau sampai menginap dan 'melakukan' harus menambah setidaknya Rp1.600.000,00 (belum termasuk biaya hotel).


Malam semakin larut, beberapa dari para wanita itu diminta client-nya melepaskan bra dan joget asal untuk dia seorang. Para wanita ini bahkan tidak segan-segan menjilat nipples satu sama lain. Kebetulan saya duduk di samping meja mereka, jadi dapat menontonnya dengan jelas juga. Takjub sih... takjub. I wonder how much he had spent for those women...


Memasuki jam 1 pagi, band rock tadi mundur dan mempersilakan DJ cantik berambut pendek memulai mixing lagu. Awalnya saya kira DJ ini hanya di-hire sebagai DJ karena tempat duduknya terlihat eksklusif dari wanita bayaran lainnya. Tapi setelah lama saya perhatikan kemejanya yang setengah terbuka, bra merah terlihat jelas, dan selera musiknya yang kacrut, saya mulai paham kalau dia juga bisa dipakai.


No kidding, selera musik mereka yang membuat saya semakin yakin bahwa tempat ini untuk kelas B dan C. Kalau saya jadi orang kelas A, I will probably find another place. Dan saya rasa itu benar, kebanyakan customer yang datang, pakaiannya juga menunjukkan kelas B dan C.


Sambil DJ cantik itu memutarkan musik dan menonjolkan dadanya, stage diisi dengan berbagai wanita berjoget tidak sinkron satu sama lain. Mungkin ada yang sudah terlalu mabuk, capek, dan sebagainya. Ya saya coba pahami bahwa joget jam 1 pagi sekompak SNSD memang tidaklah mudah.


Setelah satu grup selesai, grup lain masuk dengan kostum berbeda. Kali ini tim hip-hop dengan jaket crop top. Sama seperti sebelumnya, joget nggak sinkron, kadang freestyle asal, tapi yang penting muka seksi. Makin lama makin hot, mereka mulai buka jaket, short jeans, bra, dan celana dalam. Dan jadilah: joget bugil. Ini yang ditunggu-tunggu.


Mata saya nggak bisa lepas dari penari di tengah yang mirip Nikita Mirzani. Badannya benar-benar bagus. Dada yang firm, perut berotot, lengan kecil, kaki yang panjang, menari paling semangat, wow.


"Dia pasti rajin nge-gym," kata temen saya.


Setelah tim hip-hop selesai, ganti lagi dengan grup lain bertema kekoreaan. Di sini cewek-ceweknya pakai kemeja putih imut-imut, tapi tarian sama saja dengan sebelumnya. Yang serunya adalah saat bugil, mereka lebih panas sampai tiduran di stage, angkat kaki, saling jilat, ciuman, pokoknya astaga-naga deh. Yang paling hot tentu dapat saweran paling tinggi.


Akhirnya saya nggak tahan ingin ke toilet. Saya bergegas jalan sambil menunduk ke belakang. Berbagai pasang mata memperhatikan, tapi tidak ada yang berani menyapa atau memegang. Syukurlah, ditambah lagi saya senang melihat toilet lebih bersih dibandingkan toilet club pada umumnya. Mungkin karena minimnya jumlah wanita juga (?) Kalau dihitung-hitung, customer wanita yang saya lihat hanya sekitar 3 orang. Sisanya adalah wanita bayaran.


Sekembalinya saya dari toilet, teman-teman saya tiba-tiba sudah digerayangi cewek-cewek tim merah. Ada satu yang duduk di kursi saya, dan petugas setempat langsung menepuk bahunya dan menyuruh ia pergi. Ternyata gadis-gadis ini tidak sepenuhnya mabuk. Ia masih bisa menyapa saya dengan sopan, "Hai, maaf, kamu pacarnya dia ya?"


Saya tertawa iseng, "Nggak kok, kamu duduk aja di situ nggak apa. Temen saya udah kepengen banget kayaknya."


Ya, dan akhirnya wanita itu pun duduk di pangkuan teman saya and who knows what they were doing. Saya terlalu jijik dan awkward untuk melihatnya, jadi saya hadapkan kursi ke arah yang lain. Pada momen itu, saya agak merasa kesepian :")


Ternyata servisnya singkat sekali. Hanya 10-15 menit sudah selesai. Kedua teman saya langsung memanggil saya balik dan marah-marah.


"KENAPA LO PERGIII! Lo tau nggak betapa susahnya nolak mereka?!" teriak teman saya sambil tertawa-tawa karena musik begitu keras.

"Yhaaa.. gue kira kalian kepengen banget!"

"Aduh lo jahat banget, gue tuh nggak kepengen! Udah ya jangan ke toilet lagi. Jangan tinggalin kita berdua. Eh, tapi lo mau juga nggak?"

"Hah?! Ya kali gua disuruh jilatin mereka, males banget."

"Eh, serius ini, mau cobain nggak, suruh aja dia joget di paha lo."

"NGGAK MAU, GILA."


Dan setelah tiga grup penari joget bugil di atas stage, DJ pun melepas kemeja merahnya dan menutup pertunjukan dengan joget bugil juga di panggung. Jam menunjukkan pukul 2 pagi, kami pun pulang ke rumah masing-masing dengan senyum dan tawa, takjub pada malam yang absurd ini. Oh ya, jangan lupa check out, ambil barang di loker, dan bayar semua pengeluaran tadi. Ternyata oh ternyata HTM Rp130.000,00


Mahal, tapi yasudahlah. Untuk sebuah pengalaman yang 'gila' ini, saya relakan uang dan jam tidur saya yang berharga.

Commentaires


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page