top of page

IKJ Tidak Ada Ospek: Mata Seni

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 21 Mei 2015
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 22 Jun 2024

Sore itu seharusnya gue langsung berangkat ke tempat magang. Tapi tiba-tiba HP bergetar dan sebuah pesan muncul, "Cil, mana lo, gua mau ngobrol." Gue tersentak. Pesan itu datang dari manusia yang tidak biasanya menghubungi gue! Ada apa gerangan? Apakah saya telah berbuat dosa??? Oh tidak!


Pesan itu datang dari asisten dosen gue, namanya Mas Hengun. Sebelumnya beliau pernah ngasih gue kerjaan, tapi nggak selesai gue kerjain karena gue baru pertama kali ngedit pakai FCP (jadi lelet gitu ngerjainnya). Panggilan doi yang berikutnya ini gue prediksikan tentang kerjaan baru. Maka datanglah gue ke lokasi.



Kucluk kucluk...


"Yak, ada apa, Bang?"

"Nggak ada apa-apa. Gimana kabar?"


Jreng! Ternyata prediksi gue salah. Sebelum gue sempat menjawab pertanyaan sang asdos ini, tiba-tiba datang asdos lain, Bang Yoga.


"Woy, Cil, gimana ama si ehem?"

"Ehem? Ehem siapa?"

"Ituuu... si bang ehem!"

"Hah?"


Gue bingung. Terus Mas Hengun ikutan bingung, "Kalian ngomongin siapa?" Lanjut cerita, rupanya si Bang Yoga ini ngomongin alumnus IKJ yang sedang diceng-cengin sama gua. Tapi karena gue nggak paham, jadi joko sembung segalanya.


Sore itu kita membicarakan hal-hal yang tidak biasa. Kita ngegosipin asdos, mahasiswa, sampai para alumni FFTV. Haha. Iseng doang sih, melepas penat di kala peliknya hidup. Rencana awal gua untuk berangkat magang sampai rundung gara-gara kedua asdos ini terus-terusan ngomongin hal yang seru, salah satunya pula adalah Mata Seni—nama ospeknya IKJ.


"Tau nggak Cil, kenapa gue mau temenan sama lo?" tanya Mas Hengun.

"Nggak, kenapa?"


"Soalnya banyak yang ngomongin lo. Jadi gue juga mau kenalan. Biar kayak, 'Eh, gue juga temenan loh sama Cecil.'"

GUBRAAKK... Gua nyaris jatoh dari kursi. Terus si mas yang kocak ini melanjutkan, "Iya, Cil, gua orangnya kalau temenan pilih-pilih banget loh. Dulu gue nggak mau temenan sama semua mahasiswa yang nggak ikutan Mata Seni. Soalnya zamannya gue tuh, yang nggak ikut Matsen berarti bukan keluarga IKJ. Kalau bukan keluarga IKJ ya berarti dicuekin aja. Nah, pas tahun berapa tuh Matsen kan ditiadakan, ya gue anggap angkatan seterusnya bukan keluarga IKJ. Jadi kalau ada yang nanya gue atau lagi mau bimbingan Praktika Terpadu, gue jawabnya singkat gitu."


"Parah lu," ujar Bang Yoga memotong.



"Nah, terus berkat si Yoga ini, Cil, gue berubah. Si Yoga bilang ke gue kalau kita harus temenan sama siapapun. Awalnya gue masih enggan, tapi setelah gue lihat temen-temen seangkatan gue juga mulai berbaur sama anak baru, ya baru deh pas di angkatan lo, gue mau terbuka. Kelihatan kan beda banget? Pas di angkatan lo mah gue bantuin banget praktika kalian biar karya kalian beneran presentable!"

Terus gue yang agak penasaran soal ospek, nanya ke Mas Hengun. "Mas, emangnya kenapa ospek IKJ ditiadakan? Emangnya ada yang sampai meninggal? Ada orang tua protes ke sekolah? Kenapa?"


"Nggak sampai meninggal sih, tapi emang ada yang sampai luka parah. Pas ospek tuh lu bener-bener digembleng hampir sebulan. Berat banget. Tapi ya emang sesuai dengan situasi di dunia profesional yang berat. Jadi mental lo nggak kaget ntar."


Jujur gue nggak ngerasain sih "beratnya" dunia profesional dalam bidang editing (atau mungkin belum). But anyway, balik lagi soal ospek, gue denger-denger dari sumber lain sih, itu ditiadakan karena mengurangi jumlah prospective student. Bayangin aja tahun 2005, cuma ada 40 mahasiswa. Tahun 2012 ada sampai 180 mahasiswa. Kalau ospek seserem itu masih ada, mungkin mahasiswa tahun 2012 cuma mencapai 80 (mungkiiinn!).


Segitu deh informasi gue tentang ospek IKJ di zaman dahulu kala. Nggak lengkap sama sekali sih. (Habis susah ngorekinnya, pada jawabnya, "Parah." doang!) Tapi yah at least lo pada tau dah ya kalau IKJ udah nggak ada ospek lagi baik dalam skala universitas maupun fakultas.


Update 16 Juni 2024

Setelah 10 tahun berlalu malang-melintang dalam dunia editing, aku tetap yakin bahwa ospek itu nggak penting banget. Dunia kerja keras bukan karena itu memang keras, tapi karena sifat biadab para manusia di dalamnya yang suka saling tikung, senggol-bacok dan mau selamat sendiri. Faktanya, kalau kita ketemu orang-orang baik, ya pekerjaan ini hanyalah pekerjaan. Nggak keras sama sekali. Sama capeknya dan sama menyenangkannya seperti pekerjaan lain.

Comments


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page