Hari Pertama ke Kampus: Tanganku Kebas Mati Rasa
- Caecilia Sherina
- 1 Okt 2024
- 3 menit membaca
Diperbarui: 3 Okt 2024
Another day, another kebodohan.
Senin, 30 September adalah hari orientasi bagi seluruh mahasiswa baru baik dari S1 maupun S2. Aku nggak begitu semangat untuk datang lantaran aku memang sudah tidak se-semangat itu sekolah. Cie.. udah tua.
Jadilah aku bangun males-malesan dan tidak buru-buru ke kampus. Pikirku, kalau telat ya ya sudahlah. Kebetulan aku sudah punya sepeda bekas. Jadi tinggal cus. Berhubung sudah mau Oktober, maka Jerman mulai memasuki winter dengan temperatur pagi hari sekitar 10°C. Dingin dong? Ya, tentu. Bahkan ini baru permulaan. Suhu winter yang sesungguhnya bisa drop hingga -20°C dan, di sinilah kebodohannya dimulai.
Jarak dari WG (kosan) aku ke kampus sekitar 5,7 km atau kurang lebih 18 menit naik sepeda menurut Google. Tapi faktanya, aku menghabiskan 30 menitan karena (1) belum hapal rute, (2) jalanan naik-turun CAPEK banget, dan (3) pagi itu gerimis jadi dinginnya semakin nggak ngotak. Sambil jalan tuh napasku sampai keluar asap saking dinginnya.
Bodohnya, Cecil yang lucu ini nggak pakai sarung tangan. Jadi sepanjang jalan itu tanganku beku sampai kebas. Sampai mau digerakin aja nggak bisa, mati rasa. Mirip-mirip kalau kamu pegang es batu kelamaan, ya gitu deh rasanya.
Udah tuh, kedinginan + sampai di kampus telat. Aku ketawa aja dalam hati, sambil berusaha menghangatkan jari-jemari yang kebas. Yang tadinya niat datang dalam keadaan cakep, ternyata datang dengan muka basah, rambut lepek dan bikin becek. Mulai lah aku "malu sedikit" jadi satu-satunya yang setegah basah kuyup di ruangan.
Untungnya, nggak ada yang peduli. Hehe. Dan untungnya lagi, acara pun telat. Jam 10 pagi itu baru acara perkenalan inisiatif-inisiatif di kampus aja. Kamu bisa keliling dan dengerin penjelasan mereka satu-persatu. Ada klub e-sport, himpunan mahasiswa, ekskursi ke Afrika, dll.


Kalau yang ini aku agak bingung juga klub apaan, self racing car maybe?
Sayangnya semua penjelasan ini dalam Bahasa Jerman, dan kemampuan bahasaku belum sampai di titik untuk bisa mengobrol panjang. Jadi aku cuma keliling untuk sok iya-iya aja sambil mengambil freebies dari setiap klub. Favoritku, tentu freebies lighter lengkap dengan pembuka botol. Pas banget buat aku yang (lagi-lagi) bodoh banget, beli lilin pengharum ruangan dari IKEA, tapi nggak punya lighter di rumah.

Setelah puas mengambil freebies dan mengurus kartu mahasiswa, aku berkumpul bersama teman-teman satu jurusan yang sudah sempat kenalan dari kemarin lewat Whatsapp. Ada yang dari Iran, Jepang dan Honduras. Kami berempat lanjut ke kegiatan berikutnya: pidato dari rektor dan jajaran penting kampus. Sialnya, lagi-lagi dalam Bahasa Jerman.
Ada tiga ruangan serupa dan semuanya full sampai ke lantai. Aku berada di ruangan entah yang ke berapa. Jadi aku duduk di pinggir anak tangga. Kecil, kunyuk, dan nggak ngerti apa-apa. Pidatonya jadi terasa sangat membosankan karena aku nggak bisa bahasanya. Tapi tetap saja, aku merasa puas sudah bisa masuk ke sekolah ini. It is still an awesome experience to be here. Duduk (di lantai) bersama mahasiswa-mahasiswa dari seluruh dunia.

Kalau lihat ke belakang lagi dan mengingat perjuanganku cari kampus, apply, bayar, ditolak, dan mencoba lagi sampai bikin 3 plan, tentu aku bersyukur dengan apa yang bisa kucapai hari ini. Sekecil apapun kampusnya, sekonyol apapun birokrasi dan seberantakan apapun acara hari ini, bisa kuliah S2 di Jerman adalah pilihan terbaik yang sudah kutunggu-tunggu sejak setahun yang lalu.
Ibuku agak terenyuh saat kukirim foto kartu mahasiswaku. Kami berdua sama-sama berpikir mungkin, "Akhirnya ya." Beliau tahu betapa peliknya usahaku untuk kuliah di luar negeri sejak SMA. Hehe... akhirnya ya, setelah 12 tahun berlalu, kesampaian juga ia mengirimku ke bandara untuk kuliah. (Peliknya ya karena dulu nggak punya uang.)

Kembali ke kisah kampus, siang itu kami semua disuguhi makanan dan minuman gratis khas daerah Bavaria. Ada sosis putih dan roti pretzel dengan saus manis. Rasanya enak kok tapi agak.. yah cuma gitu doang. Buat orang Indonesia, mungkin terbilang hambar. Untuk minuman, kamu bisa pilih minuman perisa apel, air putih atau beer.
Setelah puas makan siang sambil ngobrol dengan teman baru, kegiatan berikutnya akan diatur oleh himpunan mahasiswa di sini. Nama acaranya Stadtrallye. Kita akan dibagi beberapa grup untuk bermain ice-breaking & drinking games, dan jujur aja, mainannya garing semua. HAHAHA...


Tapi aku tetap senang bisa ngobrol dengan teman-teman yang seru, meski setelah 4 permainan, aku menyerah dan memutuskan pulang saja. Kepalaku mulai pening setelah menenggak 2 shot Likör dan 1 botol Bier, dan ingat bahwa aku masih harus naik sepeda 30 menit balik ke WG.
Sekian kisah untuk hari ini, kayaknya aku mulai kecapekan dan (kedinginan). Aku tak sabar Oktober datang agar heater boleh dinyalakan!

Comentários