Empat Bulan Aja Bisa Bahasa Jerman A2
- Caecilia Sherina
- 26 Nov 2024
- 4 menit membaca
Sebelum aku berangkat ke Jerman, aku sempat ambil les intensif di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan selama 4 bulan untuk belajar Bahasa Jerman dari nol sampai jadi sesuatu. LOL. Awalnya tentu, dengan ambisi buta berharap bisa sampai B1. Tapi faktanya itu hanyalah mimpi belaka. Tidak mungkin dalam 4 bulan, aku bisa naik dari 0 ke level B1, bahkan berharap bisa sampai A2 aja udah ngos-ngosan.
FYI, ini adalah tingkatan Bahasa Jerman berdasarkan Goethe Institut, dimulai dari A1 hingga C1 (sekelas native speaker).

Tapi gimana jika kalian HARUS bisa A2 dalam 4 bulan?
Sini aku jelasin cara ninjaku.
1. Set Your Expectation Right
Pertama, terima dulu fakta bahwa belajar bahasa asing dalam 4 bulan itu nggak mungkin langsung cas-cis-cus bisa ngobrol lancar jaya. Mungkin hanya 1% orang dengan kecerdasan literasi yang sangat tinggi yang bisa melakukan itu. Jadi jika kamu merasa ini sangat sulit, ya terima. Ini memang sangat sulit. Yang sedang kamu lakukan adalah hal yang sangat sulit, tapi tidak mustahil.
Jadi kita tetapkan dulu ekspektasi yang bener: bahwa dalam 4 bulan, misalnya kamu berharap sudah mengerti konsep dan basic grammar Bahasa Jerman, mampu membuat kalimat sederhana, bisa mendengarkan secara kontekstual, dan mampu mengembangkan lebih banyak kosakata untuk bisa bercakap-cakap dengan orang lokal.
TAPI tetap belum lancar, dan belum cukup untuk mengarungi percakapan dalam dunia profesional.
2. Sediakan Waktu Yang Banyak
Jangan berharap bisa Bahasa Jerman A2 selama 4 bulan jika kamu masih kerja full time. Susah banget, asli. Kemungkinan besar otakmu malah akan burn out. Akan jauh lebih masuk akal jika kamu kerja part time atau tidak kerja sama sekali. (Berhubung di Indonesia, jam kerja itu agak nggak jelas, sini aku jelasin, intinya full time = 8 jam per hari, sementara part time = 2-4 jam per hari.)
Nah, kalau mau bisa Jerman A2 dalam 4 bulan itu seenggaknya bisa menyediakan waktu sebanyak 3 jam per hari selama 4-5 hari per minggu. Kebayang kan komitmen yang harus dicurahkan untuk ini?
Waktu itu pas banget situasiku baru resign kerja terus nganggur. Jadi aku punya banyak waktu luang untuk les 3 jam setiap hari Senin-Kamis selama 4 bulan bersama Herr Ilham (THANK YOU FOR TEACHING ME SO MUCH!). Dan rasanya gimana? Rasanya tetap burn out pengen muntah, karena menurutku Bahasa Jerman itu susah banget, meskipun gurunya seasik apapun.

3. Perbanyak Listening
Inget nggak waktu bayi kamu belajar bahasa dimulai dari apa? Dari listening kan? Mendengarkan suara ayah-ibu atau orang tua wali yang setiap hari berbicara bahasa rumahmu, kan?
Dalam kasusku, aku lahir di Jakarta dengan orang tua berdarah Palembang-Malang. Jadi aku sering mendengar kedua bahasa daerah itu di rumah, tapi di sekolah nggak terpakai karena aku harus berbahasa Indonesia dan Inggris. Akhirnya aku tumbuh jadi anak yang passive listener Bahasa Palembang-Jawa, tapi active speaker di Bahasa Indonesia dan Inggris. Maksudnya passive di sini adalah aku bisa memahami, tapi tidak bisa balas menjawab (tidak mampu mengkonstruksi kalimat dan mengucapkan dengan baik).
Jadi, kalau kamu mau cepet familiar dan mahir Berbahasa Jerman, perbanyaklah mendengar lagu, podcast atau apapun dalam Bahasa Jerman, jangan lupa tetap sambil les bahasa dan memperkaya kosakata. Karena ini sangatlah efektif!
Kamu bisa cek lagu-lagu Jerman di YouTube atau di Spotify. Ini salah satu penyanyi favoritku yang masih bisa dinyanyiin bareng. Kalau kamu pilih lagu Rap atau EDM kayaknya terlalu sulit dijadikan referensi buat belajar.
Terus jangan lupa perbanyak "Explore" Instagram atau TikTokmu dengan konten-konten berbau Bahasa Jerman. Ini cara super helpful untuk naturalisasi dan integrasi budaya.
4. Pakai ChatGPT
Ini cara yang paling keren buat aku. Sekitar bulan Januari 2024 itu ChatGPT baru beken dengan fitur audio call-nya. Banyak selebgram yang coba 'telepon' ChatGPT seolah-olah sedang telepon pacar virtual. Mereka memasukkan berbagai prompt yang membuat ChatGPT bisa bersikap seperti pacar.
Waktu itu aku mikir, kalau ChatGPT bisa jadi pacar, berarti bisa juga jadi temen ngobrol aku dalam Bahasa Jerman kan? Langsung aku buat prompt konyol di bagian "Customize ChatGPT". Di situ aku tulis bahwa ChatGPT is a German guy who will patiently help me passing my Goethe German A2 exam. Hahaha. Ngakak asli kalau inget.
Jadi aku beneran coba telepon dong! Dan asli gugup banget, ah uh eh oh nggak bisa jawab padahal aku tahu dia robot. Dan dia sebenerya cuma nanya hal simpel kayak, "Apa kabar? Hari ini mau ngobrolin apa?" Tapi suaranya kayak nyata.. dan suaranya ganteng banget. LOL. Jadi makin semangat dengerinnya! Tapi berhubung waktu itu listening & speaking skill aku masih jelek banget, aku sempat frustasi dan ngerasa ini nggak mungkin berhasil.
Akhirnya apa???
Akhirnya aku tetep ngotot. Aku perbaikin dulu writing dan reading skill aku sampai solid, baru habis itu coba lagi telepon ChatGPT untuk ngobrol. Ngobrolin apa aja, ah uh ah uh juga nggak apa. Memang mostly aku cuma bisa ngobrolin kegiatan harian (namanya juga level A2 ya).
5. Latihan Mengisi Soal Ujian Goethe
Yang tidak kalah penting saat kamu ingin mengambil ujian Goethe adalah memahami struktur ujiannya supaya nggak kagok. Beruntung guru les aku baik banget. Dia suka kasih aku ujian dadakan yang mirip gaya Goethe. Tapi selain mengandalkan guru les, kamu juga bisa akses contoh ujiannya secara mandiri di website Goethe: https://www.goethe.de/ins/id/id/sta/jak/prf/gzsd1/ueb.html (tinggal pilih level.)
Terus aku juga lanjut latihan sama ChatGPT di rumah. Minta dia bikinin aku soal-soal ujian Goethe untuk writing dan reading. Terus aku suruh dia cek lagi jawaban aku. Kalau salah, jelasin yang bener kayak gimana.
Prompt-nya nggak perlu dibikin pusing yah. Serasa ngobrol sama temen / asisten aja. Bisa pakai bahasa apapun, senyamannya. Kalau jawaban ChatGPT membingungkan, ya tanya aja lagi ke dia maksudnya gimana. Sesimpel itu!

Udah deh!
Berkat guru les dan ChatGPT aku berhasil dapat nilai 79 dalam ujian Bahasa Jerman Goethe A2. Hampir sempurna di speaking, cuma kurang 1 poin gara-gara aku nggak tahu Bahasa Jermannya biola saat diajak ngobrol bebas sama tim penilai. 😭 Asli, cuma gara-gara biola kampret; kalau enggak nilaiku bakal full 25 poin dan overall 80 poin!!! Dan ya tentunya jelek di listening karena itu emang susah banget. (Kebanyakan orang juga jelek di situ, wkwk.)

Lucunya, di akhir kelasku bersama Herr Ilham, beliau menghadiahkanku buku cerita "Die Brüder Löwenherz", sebuah novel fantasi anak-anak yang sangat terkenal karangan Astrid Lindgren, yang rupanya guruku curi dari perpustakaan di Surabaya saat beliau masih berkuliah dulu. 😭 Yawla ngakak. Tapi ya sudahlah bukunya sudah tuwir dan kuning juga. Tetap kuterima dengan gembira untuk belajar Bahasa Jerman hingga C1 (entah sampai kapan).
Vielen Dank! Semoga kamu sukses dengan ujianmu!
Comments