top of page

Bisa Kuliah di Jerman Tanpa Beasiswa

  • Gambar penulis: Caecilia Sherina
    Caecilia Sherina
  • 4 Okt 2024
  • 9 menit membaca

Diperbarui: 10 menit yang lalu

Setiap kali ada yang dengar bahwa aku kuliah di Jerman, semuanya pasti kompak bertanya, "Beasiswa apa?" dan jawabannya adalah, "Nggak ada. Aku nggak pakai beasiswa."


Yup, you read it right. Kamu nggak harus pakai beasiswa untuk bisa kuliah di Jerman. Tapi, bukan berarti biayanya terjangkau ya. It's still expensive.

Kamu membutuhkan kurang lebih 300 juta Rupiah untuk mempersiapkan diri hingga ketibaanmu di Jerman. Loh, kok bisa?


Mari aku break down biaya mulai dari persiapan hingga 1 tahun tinggal dan kuliah di Jerman. Dan mohon diingat bahwa pengeluaran setiap orang bisa berbeda, ditambah lagi situasi politik, kurs dan banyak hal ikut mempengaruhi, jadi mohon gunakan tabel di bawah sebagai estimasi saja ya.


Persiapan di Indonesia

Berikut adalah rangkuman pengeluaran yang kuketahui selama kurang lebih 12 bulan sebelum keberangkatan, dan ini semua tidak pakai agen atau bantuan orang dalam. Tapi izin mengingatkan sekali lagi, bahwa beda orang, bisa beda kebutuhan = beda pengeluaran.


Tabel Estimasi Biaya Persiapan ke Jerman Tahun 2024

No.

Kebutuhan

Biaya (IDR)

1.

Les Bahasa Jerman intensif A1 dan A2

23,000,000

2.

Biaya ujian Bahasa Jerman A2 di Goethe Haus Jakarta

2,300,000

3.

Biaya ujian TOEFL iBT

3,700,000

4.

Biaya Vorprüfungsdokumentation (VPD) untuk daftar ke 3-5 kampus (tergantung jumlah kampus yang ingin dicoba dan ketentuan dari kampus itu sendiri)

3,000,000

5.

Biaya pendaftaran ke 2 kampus (tergantung kampusnya, beberapa kampus gratis kok, tapi ya ada juga yang bayar)

2,000,000

6.

Menterjemahkan beberapa dokumen ke Bahasa Jerman

775,000

7.

Biaya bikin paspor baru (elektronik 10 tahun)

650,000

8.

Biaya apostille dokumen ijazah dan transkrip nilai S1 (memasuki tahun 2025 harus apostille dokumen akta lahir, SD sampai pendidikan terakhir, jadi pastinya akan lebih mahal)

300,000

9.

Dana yang harus disimpan di blocked account tahun 2024 dengan kurs EUR 1 = IDR 17,000

202,368,000

10.

Biaya visa nasional

1,330,000

11.

Biaya jasa VFS untuk mengurus visa nasional

300,000

12.

Beli koper baru ukuran L 30kg

3,000,000

13.

Tiket pesawat Jakarta - Berlin / Frankfurt / Munich

15,000,000


TOTAL

257,723,000


Khusus nomor 6 mohon dikerjakan sedini mungkin karena antriannya bisa berbulan-bulan. Biaya di atas juga sudah tidak relevan dengan situasi di 2025 yang memiliki peraturan berbeda. Jangan lupa pula masih ada biaya transfer valas di bank, ongkos perjalanan bolak-balik ke kantor pemerintah dan semacamnya. Jadi seperti yang kukatakan di awal: kurang lebih 300 juta!


Anyway, setelah semua hal di atas siap, maka langkah berikutnya adalah mempersiapkan dana untuk bertahan hidup di Jerman.


Satu Bulan Pertama di Jerman

Ingat bahwa 200 jutamu di awal tersimpan dalam blocked account, dan akun ini baru bisa di-unblock setelah kamu melakukan Anmeldung serta memiliki local tax ID, which takes time to process it in Germany. So it's safe to assume dalam hitungan 2-3 bulan pertama, tabungan 200 jutamu belum bisa diakses dan kamu butuh uang cash. Jadi, berapa uang cash yang sebaiknya kamu siapkan untuk survive 1 bulan pertama di Jerman?


Tabel Estimasi Biaya Awal di Jerman (1 Bulan)

No.

Kebutuhan

Biaya (EUR)

1.

Biaya kontribusi kuliah per semester (tergantung kampusnya)

100

2.

Biaya sewa kos (WG) per bulan

400

3.

Biaya deposit untuk WG (sebesar 2x sewa bulanan) dibayar satu kali di awal dan dikembalikan saat mau pindah

800

4.

Biaya asuransi kesehatan per bulan

120

5.

Biaya konversi visa nasional ke visa student

100

6.

Biaya beli SIM card baru

10

7.

Biaya internet, televisi dan komunikasi

40

8.

Biaya transportasi per bulan

38

9.

Biaya makan per bulan (masak di rumah)

120

10.

Biaya beli baju thermal tambahan atau kebutuhan lainnya

200


TOTAL

1,928


Jika EUR 1,928 dikonversi ke Rupiah (1 EUR = Rp17.000,-) jumlahnya sekitar IDR 32,776,000 dan ya kurang lebih segitu uang cash yang MINIMAL kamu bawa ke Jerman untuk survive di awal. (Aku sebut minimal karena pengeluaran tiap orang beda-beda.)


Bulan-bulan berikutnya, safe to assume bahwa pengeluaran kamu akan berada di angka EUR 800-900 tapi kembali lagi itu semua tergantung dengan cara hidup dan kebutuhan masing-masing.


How do I Budget Myself

Buat aku pribadi, 900€ itu lebih dari cukup, bahkan seharusnya bisa ditekan sampai 800€. Kosan (WG) aku sudah fully furnished, dan berbagai kekurangan lainnya bisa kuminta dari kakakku di Berlin (misalnya selimut, sprei, bantal, dll.), juga beberapa biaya dibuat patungan bersama anak-anak kos (contohnya biaya listrik, internet dan TV). Tapi berhubung aku baru pindah dan masih tetap harus membeli beberapa barang seperti buku sekolah, baju winter, dll. apalagi kadang aku membuat kesalahan telat bayar karena aku belum familiar dengan bank yang aku pakai di Jerman, alhasil aku sering dapat surat cinta alias surat denda. Hehehe...


Mengenai makanan, aku selalu belanja ke supermarket seminggu sekali untuk stok (kurang lebih):

  • Sayur

  • Daging apapun asal murah dan enak

  • Mentega

  • Roti / reiswaffeln

  • Mashed potatoes instant tinggal seduh air

  • Bumbu sachet

  • Sup kaleng untuk makanan darurat

  • Joghurt & kacang-kacangan / sereal

  • Buah-buahan


Daerahku tergolong desa Jerman banget. Supermarket Asia itu jaraknya jauh. Jadi kalau aku maksa harus makan menu asia, ya tentu saja mahal. Untungnya aku sudah "dididik" oleh sahabat-sahabat CinemadaMare beberapa tahun yang lalu tentang cara makan orang susah di Eropa 😂 jadi aku nggak pusing lagi mau belanja dan masak apa.


Dulu saat aku menjalani CinemadaMare dan tinggal di Itali, aku sering makan salat tuna kaleng, dengan chickpea, sayur, sedikit garam dan olive oil. Buat aku, itu udah enak banget. Di Jerman, aku rada males beli olive oil dan entah kenapa agak susah cari chickpea di sini. Jadi biasanya aku cuma makan plek-ketiplek sosis goreng + salat mentah gitu aja + roti tortilla atau apapun yang tersisa. Kalau lagi iseng, aku tumis bayam pakai pesto.


(Empat bulan setelah kepindahan, aku dapat lungsuran rice cooker bekas dari kakakku, jadi akhirnya aku bisa masak beras. Tapi tetep aja karena masak lauk buat nasi itu seringkali full effort, setiap minggu aku suka selingi dengan makanan Barat yang lebih simpel dan murah.)



Intinya aku nggak mau menghabiskan waktu terlalu banyak untuk masak dan cuci piring. Karena aku suka segala sesuatu yang praktis, tapi tetap enak. Dan jangan salah, sosis di Jerman itu murah dan enaaakk banget. Sayur salatnya juga tetap segar meski diimpor dari Itali. Buah apel dan jeruknya pun manis dan murah. Jadi meskipun foto makanan di atas terlihat menyedihkan, itu rasanya enak banget kok. Hehe.


Budget makanku per hari adalah 5€, dan tentu saja jika kamu ingin makan di luar, uang itu akan habis dalam sekejap! Bayangkan saja, harga döner kebab di pinggir jalan itu mencapai 7-8€ per porsi. Memang sih porsinya gede banget buat ukuran cewek Asia (bisa buat 2x makan). Tapi kan jadi repot kalau harus bagi dua. Sementara makan di kantin kampus (istilahnya Mensa) seharga 3.5-5€ untuk kenyang.


Selain itu, semua kebutuhan seperti sepatu, jaket winter, tas, dll. sudah aku cicil sejak lama karena barang-barang ini MAHAL untukku. Kalau beli yang murah, seringkali tidak bisa menahan dingin dan gampang rusak. Jadi mendingan sekalian beli yang bener dari brand-brand terpercaya, khususnya pada saat mereka diskon besar-besaran. Barang-barang winter seperti ini aku cicil beli di China dan di Jepang karena seringkali lebih murah daripada di Jerman.


Beberapa brand favorit yang masih masuk di kantong adalah: Uniqlo, Adidas, Salomon, dan Superdry (kalau mahal banget >> belinya di toko pakaian bekas atau saat SALE). Khusus untuk thermal innerwear aku percayakan sepenuhnya pada Uniqlo. Asli, nggak ada tandingan. Jangan deh beli yang merk lokal China meskipun murah. Beda banget.


Dan untuk sarung tangan, awalnya aku beli yang ada bahan Gore-tex dari Indonesia buat main ski (jadi tahan salju). Tapi berhubung itu tebel banget dan nggak praktis dalam keseharian (ya iyalah ya?) akhirnya aku beli lagi + dapat beberapa sumbangan dari kakak dan mamaku. Buat kalian yang belum pernah mengalami winter, penting untuk cek ketahanan sarung tangan terhadap cuaca. Nggak semua sarung tangan diciptakan sama, karena ternyata ada sarung tangan yang nggak guna saat suhu mencapai minus. Contohnya seperti di bawah ini:


Gloves sarung tangan
Berbagai jenis sarung tangan

Awal kepindahanku ke Jerman, selimut yang aku punya itu nggak tebal sama sekali. Alhasil, kalau tidur malam, pakai celana panjang itu wajib banget biar nggak kedinginan. Tapi, ya tahu sendiri kan, celana panjang suka ngeselin karena sering banget naik-naik ke paha waktu dipakai tidur. LOL.


Berhubung selimutku super tipis, dan celana panjangku tidak cocok untuk tidur, mau nggak mau aku cari solusi lain biar tetap nyaman. Akhirnya, aku memutuskan buat beli celana jogging yang ada karet di ujungnya—biar dia tetap "nangkring" di kaki dan nggak naik-naik. Pilihanku jatuh pada brand Uniqlo, karena sekalian waktu itu aku mau beli beberapa baju thermal lagi.


Awalnya agak ragu, duh masak beli celana tidur aja sampai 20€, tapi pas barangnya udah dikirim ke rumah dan aku coba, ternyata bener-bener lifesaver! Celananya jadi aku pakai setiap hari, nggak cuma buat tidur, tapi juga buat santai dan kerja di rumah. Di bagian dalamnya ada bahan fleece yang lembut banget—nggak cuma nyaman, tapi juga bikin badan tetap hangat. Kalau kamu lagi cari celana yang nyaman, stylish, and winter-approved, aku sih beneran rekomendasiin celana ini. Worth every penny!


Uniqlo
HEATTECH Thermo Jogginghose

Untuk skincare, terlepas dari kalian laki-laki atau perempuan, dan suka ataupun tidak; wajib hukumnya punya skincare untuk melembabkan kulit. Suhu dan kelembaban udara di Jerman pasti terasa asing untuk kulit orang Indonesia. Sangat normal untuk tiba-tiba kulit pecah-pecah, termasuk bibir. Jadi pastikan kalian bawa atau beli krim pelembab. Aku pribadi pakai Neutrogena Hydroboost Aqua Gel buat muka + Vaseline Petroleum Repairing Jelly buat bibir. Dah tuh, aman banget di kulit dan pas juga di kantong.


Untuk peralatan kuliah seperti buku dan alat tulis, aku agak ngeyel untuk tetap bawa dari Indonesia, karena aku punya banyak, masih agak baru dan sayang banget aku tinggal. Di Jerman, barang-barang ini enggak mahal kok. Kecuali lem. Ya, lem ternyata mahal banget :(


Untuk barang-barang lain seperti kotak makan, gelas, dll. itu bisa beli di IKEA atau tunggu lungsuran barang bekas orang lain. Kalau lagi diskon, bisa bener-bener gila banget murahnya nggak ngotak. Jadi sebenarnya jangan terlalu khawatir mengenai sisa barang-barang lain yang harus dibeli, nggak mahal kok. Ada opsi Aliexpress juga kalau butuh yang murah meriah.


In general, yang bikin Jerman mahal itu biaya tempat tinggal, birokrasi, listrik dan transportasi. Sisanya kurang lebih sama saja dengan Indonesia, bahkan kadang lebih murah.


Smart Tips

Tips terakhir, yang sebelumnya tidak tertulis dalam post ini dan baru kutambahkan sekarang adalah jurus ninja bagi para MaBa hemat, pantau terus website / aplikasi:


Tiga website ini berguna banget buat hemat beberapa kebutuhan aku di Jerman. Let me explain one by one. Pertama, KleinAnzeigen.


Ini adalah website jual beli barang bekas. Tapi menariknya, bisa juga gratis. Di sini istilahnya: zu verschenken. Di beberapa kota besar seperti Berlin, mungkin kamu bisa menemukan barang-barang bekas tergeletak begitu saja di jalanan depan rumah dengan tulisan ZU VERSCHENKEN dan kamu bebas mengambilnya tanpa izin ataupun bayar. Karena basically, benda-benda itu adalah sampah bagi pemilik sebelumnya. Tapi karena jadi bikin sampah di jalanan, muncullah opsi lain secara online melalui aplikasi KleinAnzeigen tadi.


Kamu hanya butuh nomor HP Eropa untuk bisa mengaktifkan akun dan langsung bisa browsing barang-barang gratis yang ditawarkan di daerah kotamu. Kemarin aku hoki banget, ketemu mahasiswa yang mau membuang bantal 80 x 80 cm dan selimut duvet tebeeell ukuran 100 x 200 cm. Gila nggak tuh? Merknya nggak main-main pula, lokal tapi oke punya. Cuma ya emang udah bernoda kuning-kuning jijay. But so what lah? Kan bisa disarungin kain baru? Begitu dia posting, aku langsung sikat (soalnya aku pantengin tiap hari) dan gas ke rumahnya buat ambil.


Jarak perjalanan 4 km, dan kamu tahu bahwa di awal kepindahanku, aku hanya punya sepeda. Jadi aku siap-siap bawa plastik raksasa dari rumah serta tali buat nanti iket-iket. Bener tebakanku, pas ketemu, orangnya nggak punya bungkus apapun. Jadi aku bungkus sendiri pakai plastik yang aku bawa dari rumah. Udah deh gitu, aku gotong selimut dan bantal naik sepeda sambil kedinginan.



Pulangnya semua penemuan ini langsung aku cuci dan jemur di luar. Sayangnya aku bodoh, di luar kan dingin? Bukannya kering, selimut dan bantalku malah tambah basah. Alhasil di hari ke-2 semuanya aku masukin kamar, pasang heater kenceng dan keringin sambil buka jendela biar kamar nggak lembab dan nggak jamuran. Hehe. (Kalau ketahuan landlord aku bisa dimarahin.)



Tapi yang penting, sekarang aku punya 3 bantal. Satu bawa dari Indonesia, satu dikirim kakakku, satu lagi nemu di Neu-Ulm. Aku punya selimut tebal (akhirnya!). Dan di hari yang lain, aku juga dapat kotak sabun IKEA, keranjang rotan, koper vintage, dll. Aku cinta barang bekas (yang masih berkualitas)!


Dan prosesnya gampang banget kok. Cuma butuh Chatgpt / Google Translator buat bantu chatting, tanya barangnya masih ada atau engga, minta alamat lalu bikin janji ketemu. Kamu nggak perlu repot-repot ngobrol sama orangnya saat ketemu. Kadang percakapan kami hanya sebatas, "Halo, ini barangnya." Lalu kujawab, "Terima kasih, sampai jumpa." Selesai.



Kedua, website MyUniDays. Website ini bukan tempat jualan, melainkan tempat mencari kupon diskon untuk belanja online khusus untuk mahasiswa Eropa dan US. Jadi kamu perlu daftar dengan email dari kampusmu. Di dalam website ada berbagai diskon gila-gilaan, misalnya 60% off buat beli Samsung, Ralph Lauren, dll. Diskonnya nggak cuma untuk produk fisik, tapi juga produk digital seperti kelas kursus online, buku digital, dll. tergantung ketersediaan.


Ketiga, aplikasi Too Good to Go. Nah, ini aplikasi udah lama banget aku denger, tapi karena nggak populer di Asia, jadi baru sekarang bisa coba. Aplikasi ini juga menarik buat kamu yang lagi bosen masak, pengen makan malam di luar tapi murah. Karena dengan aplikasi ini, kamu bisa lihat restoran apa aja yang lagi kerjasama dan menawarkan harga miring untuk makanan (bersih) yang tidak laku terjual di hari itu. Biasanya pick up baru boleh dilakukan jam 7 malam atau 9 malam, dan isinya surprise. Nggak bisa milih. Tapi yang pasti porsinya gede, bisa disimpan buat besok-besok dan harganya berkisar 4-7€ per paket.


Tapi sayangnya di daerah aku minim pilihan makanan. Jadi aku cuma pernah pakai aplikasi Too Good to Go ini satu kali, dan kurang puas dengan pilihan makanannya. Udah gitu ambilnya malam-malam banget, udah rada capek. Tidak worth my time. Lebih enak aku masak sendiri. Hehe.


Demikian informasi mengenai biaya hidup di Jerman tanpa beasiswa. Semoga membantu dan semoga berhasil!

Comments


Category

Date

Let's connect on my social media!
  • Threads
  • Instagram
  • LinkedIn
  • YouTube
bottom of page